"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda (fityah) yg beriman kepada Rabb mereka. Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk". {Terjemah QS. Al-Kahfi : 13}

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". {Terjemah QS. Ali 'Imran : 102}

"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu". {Terjemah QS. Muhammad : 7}

"Sesungguhnya aku telah meninggalkan kalian diatas sesuatu yang putih bersinar. Malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang darinya melainkan dia pasti binasa". {HR. Ibnu Majah}

"Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah para Khulafa' ur Rasyidin sesudahku. Berpegang teguhlah dan gigitlah sunnah itu dengan gerahammu. Jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama). Karena sesunggguhnya setiap bid'ah adalah kesesatan". {HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi}

Sponsors

22 Agustus 2012

Puasa Enam Hari di Bulan Syawwal

Bagi kaum muslimin yang baru saja berpuasa sebulan di bulan Ramadhan, disunnahkan untuk berpuasa enam hari di bulan Syawwal selepas puasa Ramadhan dan tidak disyaratkan untuk dilakukan secara berurutan selama enam hari. Puasa ini disunnahkan karena pahalanya dengan puasa Ramadhan sama seperti puasa sepanjang tahun.

Diriwayatkan dari Abu Ayyub al Anshari radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

من صام رمضان ثم أتبعه ستًا من شوال كان كصيام الدهر

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dan diikuti dengan (puasa) enam hari di bulan Syawwal, maka itu seperti shiyaam ad dahr (puasa sepanjang tahun)”. [HR. Muslim, Abu Dawud,  at Tirmidzi, an Nasa’i dalam al Kubra dan Ibnu Majah]

Yang demikian karena setiap kebaikan bernilai sepuluh kali lipatnya. Puasa Ramadhan (30 hari) setara dengan sepuluh bulan (300 hari) dan puasa enam hari Syawwal setara dengan dua bulan (60 hari, yang totalnya 360 hari penanggalan bulan).

Dalam hadits Tsauban radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

من صام رمضان فشهر بعشرة أشهرٍ وصيام ستةِ أيامٍ بعد الفطر فذلك تمام صيام السنة

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan -sebulan setara dengan sepuluh bulan-, dan berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka itu adalah puasa selama setahun penuh”. [HR. Ahmad, an Nasa’i dalam al Kubra dan Ibnu Majah]

*****

Orang yang Belum Mengqadha’ Puasa Ramadhan, Apakah Boleh baginya Berpuasa Enam Hari Syawwal?

Yang nampak dari hadits Abu Ayyub yang disebutkan diatas, keutamaan pahala puasa setahun penuh syaratnya adalah puasa Ramadhan dan diikuti dengan enam hari dari bulan Syawwal. Karena itu tidak boleh mendahulukan puasa yang enam hari tersebut atas qadha’ puasa Ramadhan. Demikian yang disebutkan oleh Yang Mulia Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullahu dalam kitab Syarhul Mumti’ (VI/ 448).

Kecuali kalau kita katakan bahwa sabda beliau : “Kemudian diikuti dengan puasa enam hari” adalah penyebutan secara umum, maka saat itu boleh berpuasa enam hari di bulan Syawwal sebelum mengqadha’ puasa Ramadhan terutama bagi orang yang sulit untuk berpuasa enam hari Syawwal jika dia mendahulukan qadha’ Ramadhan. Pendapat ini memiliki kemungkinan dalam makna hadits Tsauban yang disebutkan secara mutlak, wallahu a’lam.

(Sumber : Shahih Fiqh as Sunnah)        

21 Agustus 2012

Menata Jiwa, Membangun Pribadi Menuju Kejayaan Umat

Khutbah Idul Fitri Wahdah Islamiyah 1433 H
 

Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd…

Hari ini kita kembali berkumpul, di tempat ini,  di atas sepenggal bumi milik AllahAzza Wajalla yang cucuran rahmatNya tak berhenti menyapa kita.

Segenap jiwa kitapun menyatu, dalam satu harapan menggapai RidhaNya. Seraya lisan-lisan kita serempak melantunkan takbir, tahlil dan tahmid. Yang suaranya membahana menggetarkan jiwa, membelai alam semesta, menambah keindahan dan keselarasannya.

Sebulan lamanya kita menempa diri dengan ibadah, semoga kiranya semua ibadah itu diterima olehNya Allah Tabaraka wa Ta’ala, amin,amin ya Rabbal alamin,…

Kaum Muslimin rahimakumullah…

Hari ini, saat kita bergembira dalam suasana hari raya, kitapun tetap sadar bahwa sesungguhnya kaum muslimin menghadapi demikian banyak problema, hampir di setiap sudut kehidupan. Penjajahan dan kezaliman dengan pongahnya masih saja menerkam kaum muslimin di berbagai penjuru dunia. Palestina, Suriah dan Arakan Burma menjadi saksi nyata memilukan hati.

Kemiskinan dan tekanan ekonomi masih saja menerpa saudara-saudara kita di berbagai negeri, sementara konflik seakan tak berhenti berkecamuk, menambah runyamnya keadaan. Ancaman pemurtadan dan maraknya aliran-aliran sesat juga semakin mengancam dan mengkhawatirkan.

Dan yang paling miris adalah semakin jauhnya umat  ini dari tuntunan agamanya, maka jadilah kebenaran sebagai barang langka, amanah tersia-siakan, kemaksiatan merajalela, yang haq dipandang batil  dan kebatilan dipandang sebagai yang haq…Wallahul Musta’an.

Dihadapan berbagai permasalahan ini, di tengah berbagai problema ini, jiwa-jiwa beriman, jiwa-jiwa perindu Surga tak pernah putus harapan, karena mereka yakin bahwa malam pekat yang mencekam takkan selamanya mengurung kehidupan, akan ada sinar mentari pagi yang datang menerangi:

تُولِجُ اللَّيْلَ فِي الْنَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ  الميت  وَتُخْرِجُ  الميت من الْحَيَّ

“Engkaulah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam, dan Engkau mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup…” (QS. Ali Imran: 27) 


Kaum Muslimin  a’azzakumullah..
Semoga Allah mengokohkan kita semua,…

Jiwa-jiwa perindu surga tak pernah putus harapan, karena mereka yakin bahwa sebesar dan sebanyak apapun permasalahan dan problema yang datang mendera, selalu ada jalan insya Allah.

Sebanyak dan sedalam apa kita menanam iman, maka akan semakin banyak kita menuai harapan. Karena iman dan taqwa adalah bahan bakar utama bagi seorang insan dalam mengarungi kehidupan dengan berbagai derita dan problemanya.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Ia akan memberikan baginya jalan keluar…”    (QS. Al-Thalaq: 2)

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Dia akan bagi urusannya kemudahan..” (QS. Al-Thalaq: 4)

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Sesungguhnya bersama dengan kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Syarh: 6) 

Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd…

Kaum muslimin yang disayangi Allah...

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah dari mana kita mulai menapaki jalan harapan itu? Kita tak perlu lama menunggu jawabannya. Rasul kita yang tercintashallallahu alaihi wasallam, memberi kita jawabannya dengan sangat jitu:

ابْدَأْ بِنَفْسِكَ

“Mulailah dari dirimu sendiri!” (HR. Muslim)

Ya, jalan itu dimulai di sini, dari dalam diri ini.

Setiap  diri telah tiba saatnya untuk  menengok lebih dalam pada jiwanya, menelaah lebih teliti rongga hatinya, melihat dan membasuh semua luka yang ada di situ, menghapus semua noda hitam yang melekat, hingga hilang dari qalbu semua torehan  dosa yang kelabu.

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab atas mereka kemudian berlalu masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik.” ( QS. Al-Hadid: 16)

Kaum beriman yang dirahmati Allah,
Wahai para pengibar Panji Laa ilaha illallah...

Memperbaiki diri dan menata jiwa adalah bermakna bahwa  kita harus memulainya dari aqidah, dari pondasi paling  asasi dari bangunan keIslaman kita, yang menentukan baik tidaknya amalan kita selanjutnya, bahkan diterima atau tidaknya semua amalan kita.

لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Jika engkau melakukan kesyirikan, maka sungguh akan batal amalan-amalanmu, dan engkau di akhirat  termasuk orang yang merugi.” (QS. Al-Zumar : 65)

Kewaspadaan dari perkara-perkara yang merusak aqidah seharusnya menjadi sesuatu yang  melekat pada diri kita, bukankah seorang Khalilullah, kekasih Allah, Ibrahimalaihissalam sendiri pernah berdoa yang doanya diabadikan dalam Al-Qur’an:

وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“…Dan jauhkanlah kami dan anak keturunanku dari penyembahan terhadap berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35)

Jika seorang Ibrahim alaihissalam sedemikian waspadanya menjaga aqidah, maka sudah sepatutnya kita yang demikian banyak kelalaian ini- yang mencoba menata dan memperbaiki diri- menapak tilasi jejak beliau alaihissalam, dengan menjadikan aqidah sebagai titik tolak semua kebaikan itu.

Kaum Mukminin a’azzakumullah
Wahai para hamba-hamba Allah yang semoga dikasihiNya...

Memperbaki dan menata kembali diri ini adalah usaha sungguh-sungguh untuk memperbaiki segala bentuk ibadah kita kepada Allah Ta’ala, karena untuk itulah kita diciptakan :

وَمَا خَلقْتُ الجِنَّ وَالإنْسَ إِلَا ليَعبُدُوْنِ

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku.” (QS: Al-Dzariyat: 56)

Seorang mukmin sejati adalah seorang yang ‘aabid (ahli ibadah), segala gerak geriknya adalah ibadah. Ia menjaga ibadah-ibadah mahdhah yang telah ditentukan Allah yang kemudian dengan dengan taufiq Allah Ta’ala pengaruh dan dampak dari ibadah itu membersitkan berkas-berkas cahaya dalam kepribadiannya.

Rasul kita yang mulia shallallahu alaihi wasallam pernah meriwayatkan dari Rabb-nya satu hadits qudsi, di mana Allah berfirman:

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

“Dan tidak ada perkara yang lebih Aku cintai dari hambaKu yang mendekatkan diri kepadaKu melainkan dengan perkara-perkara yang telah Aku wajibkan atasnya, dan senantiasa  seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan perkara-perkara sunnah sehingga Aku mencintainya, maka bila Aku telah mencintainya maka Aku sebagai pendengarannya yang ia mendengar dengannya, Aku menjadi  penglihatannya yang ia melihat dengannya, Aku menjadi tangan yang ia menyentuh dengannya, Aku sebagai kakinya yang ia berjalan dengannya, jika ia memohon padaKu sesuatu, sungguh akan Kuberikan, dan jika ia meminta perlindungan dariKu, sungguh akan kuberikan perlindungan itu.” (HR. Al-Bukhari)

Alangkah indah dan luar biasanya atsar atau pengaruh ibadah yang kontinyu dan konsisten itu, bermula dari yang wajib kemudian disempurnakan dan dilengkapi dengan yang sunnat atau nawafil, hingga hal itu mengundang cinta Ilahi yang demikian agung. Akhirnya sang hamba akan terpenuhi hatinya dengan pengagungan kepada Allah, jadilah ia menggunakan semua pendengaran, penglihatan, tangan, kaki dan semua yang ada pada dirinya hanya untuk kegiatan yang sesuai dengan keridhaan Allah. Ada bimbingan ilahiuntuk seluruh gerak-geriknya, dan itu semua adalah karunia Allah yang diberikannya kepada para ahli ibadah dari hamba-hambaNya.

Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd…

Kaum muslilmin Rahimaniyallah wa iyyakum...

Memperbaki dan menata kembali diri ini adalah usaha sungguh-sungguh untuk semakin memperindah akhlak kita, mengharumkan kepribadian kita dengan akhlakul karimah, hingga pribadi muslim sejati akan semakin semerbak baunya, menyenangkan dan menentramkan orang-orang yang berada di sekelilingnya, bukankah Nabi kita tercintaShallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR.  Ahmad dan Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad) 

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh seorang sahabat beliau: perbuatan apakah yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga? Maka beliau pun menjawab:

تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ 

“…Taqwa kepada Allah dan akhlak yan baik.” (HR. At-Tirmidzy)

Menjadi seorang yang dianugerahi iman dan komitmen untuk memperjuangkan iman, adalah karunia terbesar kepada seorang hamba yang wajib untuk disyukuri dan dipertahankan, dan salah satu sisi iman yang perlu terus diasah dan dipertajam adalah masalah akhlak ini.

Seorang multazim (yang berkonsisten terhadap agamanya) adalah orang yang paling berpeluang untuk menjadi manusia-manusia yang terbaik akhlaknya. Sikap ar-Rifq (lemah lembut) harus senantiasa menghiasi kepribadian seorang insan multazim. Bukankah Nabi kita  Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia telah menghadiahkan salah satu mutiara perkataannya:

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ

“Sesungguhnya kelemahlembutan itu tidaklah ia berada pada sesuatu kecuali ia akan membuatnya semakin indah, dan tidaklah ia tercabut dari sesuatu kecuali ia akan membuatnya semakin buruk.” (HR. Muslim)

Perilaku keras yang menjurus kasar dalam ucapan dan tindakan akan membuat manusia menjauh dan enggan mendekati cahaya iman yang sesungguhnya ada pada anda.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

“Maka dengan Rahmat dari Allah engkau pun bersikap lembut pada mereka. Dan andai saja engkau bersikap kasar dan keras hati, pasti mereka akan pergi dari sekitarmu.” (QS.Ali Imran: 159)

Iman yang mendalam, akan tercermin dari perilaku yang mulia terhadap sesama manusia.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah...

Upaya perbaikan diri, bukanlah sikap melarikan diri dari kenyataan dan meninggalkan gelanggang dakwah dan upaya ishlahul ummah (perbaikan ummat). Namun kedua hal ini harus berjalan simultan. Setiap pribadi harus selalu perduli dengan dirinya dan terus memperbaikinya. Semakin baik pribadinya, maka satu dari komponen umat menjadi semakin baik.

Sekali lagi contoh teladan Nabi kita yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam seharusnya menjadi parameter kita, dimana beliau adalah seorang paling bersih hatinya, paling dekat dengan Rabbnya, sekaligus paling peduli dengan umatnya. 

Upaya perbaikan diri ini akan menjalar dengan indah ketika setiap pribadi muslim melakukannya dengan konsisten, dimana setiap pribadi akan membentuk atau menjadi bagian dari satu keluarga muslim yang akan saling menggandeng dengan keluarga muslim lainnya membangun sebuah masyarakat Islam yang kuat.

Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd…

Kaum Muwahhidin a’azzakumullah...

Semua asas dan dasar perbaikan itu adalah sekali lagi bermula dari Tauhid. Tauhid yang murni akan melahirkan kebersihan hati, kemuliaan akhlak dan kejayaan di dunia ini.

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا

“Dan Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh di antara kalian, sungguh Allah akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukanKu dengan sesuatu pun.”(QS. An Nur: 55)

Kunci perbaikan diri dan kejayaan umat ini adalah tauhid yang murni hanya kepada Allah, menjauhkan diri dan membersihkan hati dari semua bibit kesyirikan termasuk diantaranya syirik kecil yang sesungguhnya adalah dosa besar. 

Allahu Akbar, walillahil hamd...

Kemudian setelah itu jamaah yang mulia, bangunan pribadi mukmin harus ditegakkan tiangnya dan tiang itu  adalah SHALAT... Perbaikan diri adalah shalat. Ya…shalat  yang banyak dilalaikan oleh banyak orang yang mengaku muslim.

Bukankah  shalat mencegah dari yang mungkar? Bukankah shalat adalah penguat jiwa? Bukankah shalat adalah media paling indah seorang hamba berhubung denganRabbnya?

Melalaikan shalat adalah kelalaian yang tiada terkira, maka upaya perbaikan diri harus kita mulai dengan menegakkan shalat kita. Jadikan shalat sebagai warisan yang paling berharga kepada anak dan cucu kita. Jangan sampai kita meninggalkan dibelakang kita generasi yang menyia-nyiakan shalat.

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ

“Kemudian datanglah setelah mereka generasi yang mengabaikan shalat dan memperturutkan hawa nafsu.” (QS. Maryam: 59)

Mari perhatikan lafal-lafal adzan...

Hayya ‘alas shalah... Mari menuju shalat...

Hayya ‘alal falah... Mari menuju kemenangan...

Betapa shalat adalah pembuka kemenangan...

Jika sebagian ummat masih saja lalai dan menyia-nyiakan ibadah yang terpenting ini, barangkali sudah saat kita menggemakan  GERAKAN HAYYA ‘ALASH SHOLAAH.

Setiap kita perlu meningkatkan kualitas shalat kita, dan bagi yang belum disiplin menegakkannya. Sudah saatnya kembali menikmati indahnya shalat, indahnya bermunajat kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala, Rabb yang telah menciptakannya.

Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd…


Di tengah upaya perbaikan diri ini, cukup pantas mendapat perhatian kita adalah kewaspadaan terhadap berbagai aliran sesat yang yang tidak membawa kepada umat ini melainkan marabahaya dan berbagai kemudharatan, upaya perbaikan diri setiap pribadi ummat  sangat terganggu dengan berbagai pemikiran yang menyimpang.

Betapa tidak, di tengah upaya kita kembali kepada al-Qur’an, ternyata ada yang mengatakan bahwa ada al-Qur’an lain yang berbeda dengan kita baca hari ini, bahkan mereka menuduh bahwa al-Qur’an kita telah mengalami penyimpangan.

Di tengah upaya kita kembali kepada As-Sunnah, ternyata ada yang mengatakan bahwa semua sahabat Nabi Radhiyallahu ‘anhum– yang merupakan para periwayat hadits-hadits Rasulullah kepada kita-telah murtad kecuali beberapa gelintir saja.

Di tengah upaya kita menjaga tatanan keluarga dan masyarakat, ternyata ada yang justru memotivasi kalangan anak muda untuk melakukan nikah mut’ah alias kawin kontrak.

Dan tentu saja kita tidak lupa, ada kelompok yang meyakini masih ada Nabi lain setelah Nabi kita yang terakhir, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wallahul Musta’an Wa’alaihittuklaan...


Kaum Muslimin hafidhakumullah
Semoga perlindungan Allah selalu meliputi kita semua...

Dari tempat yang mulia ini pula, di atas sepenggal bumi milik Allah kami serukan ajakan kepada para pemimpin negeri ini -yang mendapat amanah untuk mengurus sepenggal bumi itu beserta manusia-manusianya- mari kita bersama memperbaiki diri-diri ini, karena keshalehan para pemimpin akan berbias pada kepemimpinannya.

Marilah kita tingkatkan rasa khauf (takut)  kita pada Allah. Mari kita berdamai dengan alam yang Allah karuniakan ini dengan menjalankan dan menerapkan Syariat-Nya yang mulia dan indah, karena sesungguhnya seluruh alam raya ini adalah makhluk-makhlukNya yang tunduk pada ketentuan dan aturanNya.

Dan bagi anda saudara kami para insan pers dan media, jadikan peran anda bagian dari upaya perbaikan umat, jangan terperdaya dengan pragmatisme, apalagi upaya terselubung menyudutkan dakwah Islam. Jadilah insan media yang menuntun dan membimbing umat.

Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd…

Dan wahai para guru kami tercinta, para Ustadz dan pembimbing jiwa kami, kepadamulah setelah Allah bergantung kejayaan umat ini, mari kita membangun dan terus memperbaki diri, jangan  kita terlalaikan dengan rutinitas dakwah sekalipun. Janganlah kita  bagaikan lilin, menerangi sekitarnya lalu luluh dan meleleh.


أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ


“Apakah engkau  menyeru manusia (melakukan) kebajikan namun melupakan diri-dirimu.” (QS. Al-Baqarah: 44)

Lalu kepada para pemuda harapan umat, pemikul tanggung jawab kini dan hari esok: jadilah pemuda-pemuda beriman yang tangguh, tantangan menantimu di hadapan, dengan beribu macam dan ragamnya. Bekali diri dengan ilmu syar’iy yang cukup, karena itulah pelita sejati yang menerangi jalanmu yang penuh dengan onak dan duri, Jadikan Al-Qur’an di dadamu, yang selalu menghembuskan ruh iman dan taqwa.

Kobarkan selalu semangat jihad dan perjuangan di dadamu, jangan pernah redup apalagi padam. Jadilah pemuda mukmin sejati yang berani dalam kecerdasannya, dan cerdas dalam keberaniannya. 

Allahu Akbar walillahil hamd...

Lalu kepada engkau para ibunda kami, ummahat yang mulia, perbaikan umat ini tergadaikan di tanganmu, kesalehanmu adalah kesalehan umat ini, dan ketergelinciranmu adalah ketergelinciran umat ini, mari bersama untuk  tiada henti menata diri, Umat menanti uluran tanganmu yang lembut nan tegar membina generasi yang sholeh dan teguh.

Engkaulah benteng keluarga yang tangguh, dan setiap engkau wahai para  bunda adalah pelabuhan jiwa bagi setiap suami dan anandamu, senyummu adalah mentari yang terindah buat mereka, sapaanmu adalah embun tersejuk yang membasahi jiwa mereka, engkau ada  untuk mereka.

Wahai saudari muslimah yang mulia, muliakan dirimu dengan menutup auratmu.Kemuliaanmu ada pada jilbab. Jaga kehormatanmu, karena engkaulah perhiasan terindah dunia ini dengan kesalehanmu.

Wahai para mujahidah sejati, jadilah wanita pilihan, jadikan jiwamu selembut dan setegar Khadijah, cerdasmu bagaikan Aisyah, sabarmu bagaikan Maryam, keteguhanmu seperti  Nusaibah, setiamu bagaikan Fatimah. Dan cita-citamu adalah cita-cita Aasiah yang doanya abadi dalam kitab Ilahi:

رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

“Wahai Tuhanku, buatkan bagiku sebuah rumah di sisiMu di dalam Surga.” (QS. Al-Tahrim: 11)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd…

Kaum Mukminin Syarrafakumullah...

Setelah  kita menyelesaikan ibadah puasa sebulan penuh pada Ramadhan tercinta, Allah Azza wa Jalla masih saja memuliakan kita dengan kesempatan menyempurnakan pahala puasa kita senilai setahun penuh, dan itu “hanya” dengan menambahkan 6 hari berpuasa di bulan Syawal, Sang Rasul tercinta shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa yang berpuasa ramadhan kemudian mengikutinya (dengan berpuasa) enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti telah berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim)

Waktu pelaksanaannya bisa dipilih di hari mana saja dari bulan syawal dan tidak harus berturut- turut, dan bahkan sebagian ulama berpendapat bolehnya mendahulukan puasa Syawal ini sebelum mengqadha’/mengganti  puasa Ramadhan. Semoga kita dapat memanfaatkan peluang emas ini, jangan sampai tersia-siakan. 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamd…

Di hari penuh rahmat Allah, saat kebahagian memenuhi dada kita, keharuan menyelimuti hati kita, mari kita tundukkan jiwa dan raga seraya memohon dan berdoa kepada Rab yang kuasaNya tiada batas, yang RahmatNya meliputi segala sesuatu:

اللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُحْمَد وَنَشْكُرُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُشْكَر وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ فَإِنَّكَ أَنْتَ أَهْلُ الْمَجْدِ وَالثَّناَءِ ، رَبَّناَ ظَلَمْناَ أَنْفُسَناَ ظُلْماً كَثِيْراَ وَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْ لَناَ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْناَ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَحِيْم

Alhamdulillah, segala puji bagimu Ya Allah, atas anugerah kehidupan, atas nikmat kesehatan, atas iman dan hidayah. Atas segala karunia yang mengucur terus tiada terputus. 

Ya Allah, hari ini, di tempat ini kami berkumpul, kami hamba-hambamu yang penuh noda dan dosa ini menengadahkan jiwa mengharap limpahan kasih dan sayangmu.

Wahai Rabb kami yang Maha Pengampun, sungguh Engkau mencintai ampunan dan permohonan ampun, maka ampunilah kami dari segala dosa dan kesalahan.

Ya Allah Engkaulah Tuhan kami, tak ada yang berhak disembah melainkan Engkau, engkaulah Pencipta kami, dan kami pun akan selalu menepati janji terhadapMu semampu kami. Kami berlindung padaMu dari buruknya apa yang kami kerjakan, kami akui segala nikmat yang Engkau karuniakan pada kami, walau kami akui pula segala dosa dan salah kami padaMu. Ampunilah diri-diri ini Ya Allah, karena tiada yang dapat mengampuni semua dosa itu melainkan Engkau.

Ya Allah… Ya Rabbana, Ya Allah… Ya Ilahana...

Engkau Maha Tahu akan segala apapun juga, tak ada yang dapat bersembunyi dari pengawasan-Mu. Bersihkanlah jiwa-jiwa kami dengan embun rahmat-Mu, bersihkanlah dengan salju putih kasih-Mu, hingga jiwa ini kembali putih bersih bagai kain putih yang terbersih.

Wahai Rabb kami Yang Maha Perkasa, Wahai Rabb kami Yang Maha Bijaksana.

Jagalah negeri kami dan setiap negeri kaum muslimin dari setiap marabahaya, dari setiap fitnah dan bencana, jangan Engkau timpakan hukuman pada kami karena dosa-dosa kami.


Ya Allah, kedua Ayah Ibu kami adalah orang yang pertama kali berjasa kepada kami, memperkenalkan kami kepada-Mu, merawat, mendidik dan membimbing kami dengan penuh kesabaran, tak jarang airmata mereka tumpah karena ulah kami, Ya Allah tak ada yang mampu kami berikan kepada mereka kecuali seuntai doa kepada-Mu untuk mengampunkan kekhilafan dan kesalahan mereka, melimpahkan kasih sayang dan rahmat kepada mereka, ampunkan mereka yang telah wafat, bimbing dan tunjukilah mereka yang masih bersama kami dan jadikanlah kami orang yang mampu berbakti kepada mereka sesuai tuntunan-Mu, Engkaulah Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan Do’a.

Wahai Rabb kami, Engkau Maha Tahu apa yang diderita saudara- saudara kami di berbagai belahan bumiMu, Engkau Maha Tahu ya Ilaahana bahwa di tengah desingan peluru, dentuman bom yang menggelegar, mereka tetap menyebut-Mu, mereka tetap menyembah-Mu, mereka tetap menggelorakan seruan Laa ilaaha illallah

Ya Allah, Rabb para mustadh’afin, penolong orang-orang tertindas, segerakan pertolongan-Mu pada hamba-hamba-Mu yang beriman di Palestina, anugerahkan ajaibnya kekuasaan-Mu buat para saudara kami di Syria, Enyahkan tirani kaum sesat yang zalim dari negeri Syam yang mulia.

Ya Allah, Ya Rabbana….Tak mungkin lepas dalam pengawasan-Mu, tak mungkin hilang dari pengetahuanMu yang tiada berbatas apa yang diderita oleh saudara kami di Burma, dengan kelembutan-Mu Ya Allah tolonglah mereka, basuhlah setiap luka mereka dengan kasih dan sayang-Mu, runtuhkan segala angkara murka dan kezhaliman dari negeri tumpah darah mereka. Hanya Engkau harapan kami…Ya Rabb….

Duhai Rabb kami yang Maha Penyayang, sayangilah para ustadz kami, para guru kami, lindungilah mereka selalu dari segala marabahaya, tuntunlah langkah mereka selalu di atas kebenaran, ampuni segenap khilaf mereka, berikanlah cahaya-Mu yang dengannya mereka membimbing kami. 

Allahumma… Ya Allah, sungguh kami hanyalah hamba-hambaMu, anak dari hamba-hamba-Mu jua, ubun-ubun kami di Tangan-Mu, berlaku pada kami setiap ketentuan-Mu dan adil bagi kami putusan-Mu, Ya Allah kami mohon pada-Mu dengan setiap namaMu, yang Engkau namakan diri-Mu dengan-Nya, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau ajarkan pada seorang hamba-Mu, atau Engkau simpan dalam perbendaharaan ilmu ghaib-Mu, agar Kau jadikan Al Qur’an penyejuk jiwa kami, cahaya dalam dada kami, pengusir kesedihan kami, dan dengannya berlalu segala gundah-gulana kami. 

Wahai Allah yang menggenggam hati hamba-hambaNya, satukan hati ini dalam ketaatan pada-Mu, himpunkan ia dalam cinta sejati karena-Mu, hilangkan segala benci dari jiwa-jiwa beriman atas saudara-saudaranya, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang bersaudara karenaMu dan hanya untuk-Mu.

Ya Allah Rabb yang Maha Pemaaf, hiasi hati kami dengan kelapangan, kuatkan jiwa kami untuk memberi maaf pada setiap saudara kami yang bersalah, karena Engkau Maha Tahu Ya Allah dosa dan kesalahan kami pada-Mu.

Ya Allah karuniakanlah pada keluarga dan anak-anak kami kesalehan yang menyejukkan pandangan kami, hiasilah mereka dengan Al Qur’an di dada-dada mereka, satukanlah kami di dunia-Mu ini dalam ketaatan dan himpunkan kami dalam Surga-Mu yang kekal abadi.

رَبَّناَ لاَ تُزِغْ  قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ 


_______________________

(Sumber : http://wahdah.or.id)